-->

AWAS....!!!, Banyak Yang Tidak Tahu, Segudang Dosa Dibalik Pertanyaan ''Kapan Nikah? Jomblo Wajib Share..

AWAS....!!!, Banyak Yang Tidak Tahu, Segudang Dosa Dibalik Pertanyaan ''Kapan Nikah? Jomblo Wajib Share..
AWAS....!!!, Banyak Yang Tidak Tahu, Segudang Dosa Dibalik Pertanyaan ''Kapan Nikah? Jomblo Wajib Share..
Kami tahu, kalian menanyakannya sebagai bentuk perhatian. Tetapi tolonglah, berhenti menanyakan "Kapan nikah?" atau "Kapan punya anak?", sebab kami tidak tahu jawabannya, hanya Tuhan yang tahu.


Jika hatimu sering menjerit demikian, hal yang sama dialami oleh salah satu Sahabat Vemale bernama Dini Nuris Nuraini. Tulisan Dini kali ini adalah salah satu tulisan untuk Lomba Menulis #StopTanyaKapan.

 -oOo-

A: Kapan nikah?

B: Kalau uda saatnya.

A: Kapan itu?

B: Ya nggak tau.

A: Kok nggak tau?

B: Soalnya nggak ikut nulis. Kan yang nulis Allah. Jodoh, umur, nasib semua sudah ditulis Allah tapi kita nggak tau isinya.

Saya hampir bisa memastikan kalau mereka yang bertanya “Kapan nikah” adalah orang-orang yang sudah menikah, sudah bertunangan/hampir menikah, atau setidaknya sudah punya pacar dan merasa PD akan segera menikah. Yah, memang demikian, disadari atau tidak di balik pertanyaan “Kapan nikah” ada sebentuk kesombongan. Kesombongan utama adalah “Saya sudah nikah” atau “Saya sudah punya calon”. Biasanya pertanyaan tersebut akan diikuti dengan pernyataan cepat-cepatan laku (saya sudah laku lho), lebih mudanya usia saat nikah (saya dulu umur sekian aja sudah nikah), dan pernyataan-pernyataan lain semacam “Saya langsung kenal aja sudah nikah”, “Jangan terlalu pilih-pilih”, “Jangan terlalu jual mahal”, dan sebagainya.
Saat mereka mengatakan “Saya telah laku” (sambil tertawa menghina), “Saya lebih dahulu laku”, “Saya saja usia sekian (lebih muda) telah nikah” jadi mereka sudah sombong. Padahal, di saat lantas, mereka sama saja dengan saya, tidak tahu pastinya akan menikah dengan siapa, usia berapakah, dan tanggal, bln., dan th. berapa ; mengapa saat ini seolah lupa? Jodoh, nasib, serta umur telah ditulis oleh Allah sejak jaman Azali serta cuma Allah juga yang tahu kapan waktunya. Sama dengan pertanyaan “Kapan miliki momongan? ”, jawaban dari pertanyaan “Kapan nikah? ” tidaklah ada di tangan manusia. Itu diluar kuasa kita. Hati-hati dengan dosa sombong lantaran sedikit saja ada kesombongan di diri kita jadi kita akan tidak dapat mencium bau surga. 

Dosa berikutnya dapat datang dari prasangka. Namanya juga prasangka bermakna si pembicara tidak tahu kenyataannya.  Mereka tidak paham kan saya telah berupaya atau belum?  Mereka juga tidak paham kan usaha saya telah keras atau belum?  Terlebih latar belakang di baliknya. Mana tahu mereka mengenai beberapa hal kompleks mengapa saya belum menikah serta apa sajakah yang sudah saya alami. Serta apakah benar mereka menikah tanpa ada pilih? Untuk seumur hidup lho. Bila saya sih tidak mau. Sangat spekulasi rasa-rasanya bila nikah dengan calon seadanya asal ada yang ingin. 

Saya wanita serta cuma punya peluang 1 kali untuk menikah, beda  dengan pria yang mungkin saja dapat memikirkan mengenai poligami. Karenanya, saya mengupayakan untuk menikah dengan orang yang pas, supaya tak bercerai di dalam jalan. Menikah dengan seseorang pria yang nanti bakal memalingkan semua hidup saya kepadanya, yang melindungi saya supaya tak lirak-lirik lagi, supaya saya tak iri dengan pasangan lain, bikin saya tak inginkan pria lain di hati, senang pada suami, serta bangga dan bahagia bersamanya. Itu semuanya mesti di pastikan supaya pernikahannya kelak cukup sekali serta untuk selama-lamanya. Jadi, janganlah berprasangka jelek! 

Ada juga orang yang berprasangka kalau jodoh saya “ditutup” orang serta prasangka-prasangka yang lain. Saya sih menyikapinya bergantung mood, terkadang baper namun terkadang juga cuek. Yang tentu, saya tidak mau cepat-cepat menikah cuma lantaran beberapa hal tadi, mesti dengan pertimbangan yang masak. 
Sesungguhnya, menikah itu bukanlah akhir. Sebagian orang masihlah memikirkan kalau menikah yaitu satu kemenangan, walau sebenarnya belum pasti. Bagaimana bila mereka pada akhirnya bercerai, atau terkena KDRT, atau mesti pura-pura bahagia serta baik-baik saja meskipun ngenes/nelangsa (tak bercerai namun juga tak bahagia), untuk anak tuturnya. Nanti, mereka bakal tahu kalau menanti orang yang pas itu tambah baik dari pada menikah dengan orang yang salah. Lagipula, menikah itu bukanlah akhir dari pertanyaan-pertanyaan yang menyebalkan. Pertanyaan-pertanyaan itu tetaplah ada seumur hidup lantaran beberapa orang yang menyebalkan juga tetaplah ada. 

Mereka bakal ajukan pertanyaan : kapan miliki anak, kapan miliki adik lagi, mengapa anaknya gini gitu, serta pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pernyataan lain yang sifatnya mengganggu. Terkadang untuk basa-basi isi saat hening waktu berbarengan, walaupun kerap juga memanglah seperti untuk menjatuhkan, berniat ajukan pertanyaan mengenai beberapa hal yang menyebalkan atau yang kita kurang di dalamnya. Mereka menuntut kita jadi prima serta terkadang suka lihat kita tersudut lantaran pertanyaannya atau kalah waktu dibanding-bandingkan dengan orang lain. Tulis ya, orang lain. Jadi, pembandingan itu tidak senantiasa mengenai mereka serta saya, namun juga pada saya dengan orang yang dikira kian lebih saya dalam soal yang dibanding tadi. 

Dengan cara pribadi, saya melihat mereka kurang yakin diri atau kurang terima sendiri, hingga mesti mencari-cari langkah untuk menyulitkan/merendahkan orang lain supaya dianya terlihat lebih unggul. Tiap-tiap orang tentu miliki segi peka serta tidak selamanya mengenai belum menikah atau pertanyaan “Kapan? ” Orang yang miliki empati pasti bakal hindari pertanyaan/pernyataan/perbincangan yang bakal menyulitkan orang lain. Mereka juga tidak sukai bukanlah bila di tanya mengenai beberapa hal peka? Jikalau sangat terpaksa mesti ajukan pertanyaan/bicara mengenainya coba berikan dengan sehalus serta sebaik-baiknya. Seumpamanya dapat menolong memperingan kesusahan atau bebannya itu semakin lebih baik. 
Kekuatan sejenis ini memanglah tak kebanyakan orang mempunyai. Sekurang-kurangnya, bila kita termasuk juga satu diantara “korban” dari pertanyaan/pernyataan yang menyebalkan kita akan tidak jadi “pelaku” hal sama pada orang lain, lantaran kita ketahui bila rasa-rasanya tak enak. 
Mudah-mudahan kita terlepas dari dosa-dosa akibat pertanyaan-pertanyaan yang menyebalkan sejenis ini.

Advertisement