-->

Naudzubillah Min Dzalik..!! WAHAI PARA ANAK, INILAH AKIBATNYA JIKA DURHAKA KEPADA ORANGTUA KALIAN..!!! ((SEBARKANLAH))

Naudzubillah Min Dzalik..!! WAHAI PARA ANAK, INILAH AKIBATNYA JIKA DURHAKA KEPADA ORANGTUA KALIAN..!!! ((SEBARKANLAH))
Naudzubillah Min Dzalik..!! WAHAI PARA ANAK, INILAH AKIBATNYA JIKA DURHAKA KEPADA ORANGTUA KALIAN..!!! ((SEBARKANLAH))
Jasa kedua orangtua pada anaknya demikian besar. Kenyataan ini tidak bisa diingkari oleh siapa saja juga. Seseorang ibu telah memiliki kandungan anaknya dalam kondisi lemah dan susah.

Dia menyambung nyawa untuk melahirkan anaknya. Lalu pelihara dan m3ny*su1 dengan penuh kelelahan dan perjuangan selama dua tahun.

Allah Azza wa Jalla memberitakan beberapa jasa itu dalam firman-Nya :

Kami perintahkan pada manusia supaya berbuat baik pada dua orang ibu bapaknya, ibunya m3ng4ndungnya dengan sulit payah, dan m3l4h1rk4nnya dengan sulit payah (juga). M3ng4ndungnya sampai menyapihnya sepanjang tiga puluh bln.. al-Ahqâf/46 : 15.

Demikian juga sang bapak menantang panas dan hujan manfaat memenuhi keperluan keluarganya. Sampai tidak heran apabila keduanya memiliki hak yang butuh dipenuhi oleh sang anak, bahkan hak orang-tua itu menemani hak Allâh Azza wa Jalla.

Allah berfirman :

Beribadahlah pada Allâh dan janganlah anda mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah pada dua orang ibu-bapak. an-Nisâ'/4 : 36.

Haramnya Durhaka pada Orang Tua
Terkait dengan hal ini, Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitabul adab dari jalan Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah Shalallohu’alaihi wa sallam :

“Sudahkah saya katakan padamu sebesar-besar dosa yang paling besar, tiga kali (beliau ulangi). Teman dekat berkata, “Baiklah, ya Rasulullah’, bersabda Nabi.
“Menyekutukan Allah dan durhaka pada ke-2 orang-tua, serta camkanlah, serta saksi palsu dan pengucapan bohong”. Jadi Nabi selalu mengulangi, “dan persaksian palsu”, sampai kami berkata, “semoga Nabi diam” (HR. Bukhari)

Dari hadits di atas dapat kita kenali bila yang termasuk juga dosa yang paling besar sesudah syirik yaitu uququl walidain atau durhaka pada orang-tua kita. Dalam cerita yang lain Nabi Sholallohu’alahi wa sallam pernah bersabda bila diantara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allah, durhaka pada kedua orang-tua, m3mb*nuh diri dan sumpah palsu.

Hadist larangan Durhaka Pada Orang Tua
Dari Mughiroh bin Syu’bah Radhhiyallohu’anhu bila Nabi Sholallohu’alaihi wa Sallam bersabda :

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas anda, durhaka pada ibu dan menampik keharusan, dan minta yang bukanlah haknya, dan m3mb*nuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci kepadamu banyak bicara, dan banyak ajukan pertanyaan demikian juga memboroskan harta (menghamburkan kekayaan) ” (HR. Bukhari)

Di ambil dari berbaktikepadaorangtua. com, hadist ini adalah satu diantara hadist yang melarang seseorang anak berbuat durhaka pada kedua orang tuanya. Seseorang anak yang durhaka bermakna dia tidak masuk surga dengan sebab durhaka yang ia lakukan, seperti Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam bersabda :

“Dari Abu Darda sebenarnya Nabi Sholallohu’alaihi wa sallam bersabda, “Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar”.

Jenis Durhaka Pada Orang Tua

Diantara bentuk durhaka (uquq) yaitu :
Mengakibatkan permasalahan pada orangtua baik berbentuk pengucapan (pengucapan) ataupun perbuatan yang bikin orang-tua sedih dan sakit hati.
Berkata “ah” dan tidak penuhi panggilan orang-tua.
Membentak atau menghardik orangtua.

Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan juga lebih mementingkan yang lain dari pada mengurus orang tuanya walaupun sesungguhnya orang tuanya demikian memerlukan. Kalau berikan nafkah juga, ditangani dengan penuh perhitungan.

Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang-tua, merendahkan orangtua, mengemukakan bodoh, “kolot” dan lain sebagainya.

Menyuruh orang-tua, misalnya menyapu, bersihkan atau mempersiapkan makanan untuk kita. Pekerjaan itu demikian tidak layak ditangani oleh orang-tua kita, terutama apabila mereka sudah tua atau lemah. Tetapi bila orang-tua kita lakukan pekerjaan itu dengan kemauannya sendiri jadi tidak kenapa dan karenanya anak mesti berterima kasih.

Mengatakan kejelekan atau aib orang-tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orangtua.

Memasukkan kemungkaran dalam rumah misalnya alat musik, mengisap r0k0k, dan sebagainya.

Mengutamakan patuh pada istri dari pada orang-tua. Bahkan juga ada beberapa orang dengan teganya tidak menggubris ibunya untuk menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.

Malu mengaku orang-tua sendiri. Beberapa orang terasa malu dengan kehadiran orang-tua dan tempat tinggalnya waktu status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap sejenis ini adalah sikap yang begitu tercela, bahkan juga termasuk juga kedurhakaan yang keji dan nista.

Semuanya yaitu bentuk-bentuk durhaka pada orang-tua yang harusnya diperhatikan oleh beberapa anak dimanapun ada. Oleh karena itu kita mesti siaga dan membedakan dalam berkata dan berbuat pada kedua orangtua dengan pada orang lain.

Tingkah laku yang kerapkali tidak diakui apabila itu perbuatan salah dan dosa, yaitu mencela orang-tua seorang. Jangan pernah walau berani menghina, berbuat tidak etis, mencaci, mengolok-olokkan orang-tua seorang, walaupun dalam ruangan lingkup candaan, sebab perlakuan seumpama itu pada dasarnya tengah menghina, melecehkan, mencaci dan mengolok-olokkan orangtua kita sendiri.

Selalu hati-hati dalam berlaku dan melakukan tindakan, penuh pertimbangan masak dengan pikirkan konsekuensi-konsekuensi yang akan datang, agar kita tidak terjerat dalam dosa besar yg tidak merasa.

Akibat Durhaka Keapada Orang Tua
Mengakibatkan lantaran durhaka pada kedua orang-tua bukan hanya bakal kita peroleh di akhirat walaupun itu bakal di rasa didunia. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Abu Daud dan Tirmidzi dari teman dekat Abi Bakrah dijelaskan.

“Dari Abi Akrah Radhiyallohu’anhu mengemukakan kalau Nabi Shalallohu’alaihi wa Sallam berkata, “Tidak ada dosa yang Allah cepatkan adzabnya pada pelakunya didunia ini dan Allah bakal mengadzabnya di akhirat yang pertama yakni berlaku zhalim, ke-2 mengambil keputusan silaturahmi”. (HR Bukhari dan yang lalinnya)
Dalam hadist yang lain di jelaskan :

“Dua perbuatan dosa yang Allah cepatkan adzabnya di dunia yaitu berbuat zhalim dan al’uquq (durhaka pada orang-tua) ” (HR Bukhari dan yang lain)
Keridhaan orang-tua mesti kita dahulukan dari pada keridhaan istri dan anak. Lantaran Nabi Shalallohu’alaihi wa sallam mengemukakan anak yang durhaka bakal diadzab di dunia dan di akhirat serta akan tidak masuk surga dan Allah akan tidak memandangnya pada hari kiamat.

Sedang dalam lafadz yang lain diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Hakim, Ahmad dan yang liannya, di jelaskan :

“Dari Abdullah bin Umar Radhiyallohu’anhu berkata, “Telah berkata Rasulullah Sholallohu’alaihi wa sallam, ‘Ada tidak kelompok yang akan tidak masuk surga serta Allah akan tidak lihat mereka pada hari kiamat yaitu anak yang durhaka pada kedua orang tuanya, wanita yang mirip lelaki dan kepala rumah tangga yang membiarkan ada kejelekan (zina) dalam rumah tangganya” (HR. Hakim, Baihaqi, Ahmad)

Jadi satu diantara yang mengakibatkan seorang tidak masuk dalam surga yakni durhaka pada ke-2 orang tuanya.

Dapat diliat kalau orang yang durhaka pada orang tuanya hidupnya tidak barokah dan selalu alami bermacam jenis kesulitan. Seandainya orang itu kaya jadi kekayaannya akan tidak membuatnya bahagia.

Kalau ada seseorang anak yang durhaka pada kedua orang tuanya lantas kedua orang tuanya itu mendo’akan kejelekan, jadi do’a kedua orangtua itu bisa dikabulkan oleh Allah Swt. Sebab dalam hadist yang shahhih Nabi Saw bersabda.




“Dari Abu Hurairah Radhiyallohu ‘anhu, ‘Telah berkata Rasulullah Saw, ‘Ada tidak do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahuwata’ala yg tidak diragukan tentang do’a ini, yang pertama yaitu do’a ke-2 orang-tua pada anaknya. Yang ke-2 do’a orang musafir yang tengah dalam perjalanan, dan yang ketiga do’a orang yang dizhalimi.

Sangat banyak kisah yang shahih yang menerangkan tentang akibat jelek dari durhaka pada orang-tua di dunia maupun diakhirat. Ada juga beberapa narasi nyata tentang adzab (siksa) dari anak yang durhaka, dari cerita itu ada yang shahih ada juga yang dla’if (lemah).

Diantara cerita yang dla’if yang kerap dibawakan oleh beberapa khatib (penceramah) yaitu narasi Al Qamah yang durhaka pada ibunya sampai ingin dibakar oleh Nabi Saw hingga ibunya memaafkannya. Walaupun itu cerita ini dla’if dan dilemahkan oleh beberapa ulama ahli hadits.

Sekian keterangan tentang larangan atau haramnya durhaka pada orang-tua ini. Mudah-mudahan kita semuanya termasuk juga anak-anak yang senantiasa dapat melindungi diri kita dari perbuatan ini dan sebaliknya jadi anak yang berbakti pada mereka. (sriwijayapost)
Advertisement