p3mb4nt4i4n kembali terjadi terhadap Muslim di Republik Afrika Tengah. Sebanyak 13 warga Muslim dib**nuh pada Senin (27/1) dalam serangan yang dilakukan oleh milisi kafir di negara
tersebut.
Sebelumnya Pejabat Hak Asasi Manusia PBB telah memperingatkan meningkatnya penyerangan terhadap kelompok Muslim dan mendesak negara-negara PBB untuk berbuat lebih banyak menghentikan p3mb4nt4i4n ini.
Konflik di Afrika Tengah ini telah mengakibatkan sekitar satu juta orang, atau seperempat dari populasi negara itu terlantar. Konflik terjadi sejak kelompok Seleka yang Muslim akhirnya memimpin kekuasaan negara ini pada Maret 2013. Namum kelompok mayoritas Kristen di negara ini tidak menghendaki peralihan kekuasaan tersebut yang akhirnya berujung konflik horisontal, menyebabkan setidaknya 2.000 orang terbunuh.
Beberapa hari terakhir, para pemimpin Seleka terus diusir meninggalkan Ibukota Bangui hingga ke seberang sungai Bangui. Pengusiran pemimpin Seleka ini meninggalkan warga sipil Muslim yang menjadi sasaran empuk kelompok milisi Kristen.
Warga sipil Muslim dijadikan target penjarahan dan kekerasan, meskipun 1.600 pasukan perdamaian dari Prancis telah mengamankan mereka, namun kekerasan terus meningkat.
Seorang juru bicara Palang Merah setempat mengatakan, Senin (27/1), kembali ditemukan 13 mayat warga sipil dari kelompok Muslim di jalanan kota Bangui. “Situasi keamanan dan HAM semakin memburuk selama beberapa hari terakhir,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Navi Pillay.
“Warga sipil Muslim sekarang sangat rentan. Banyak yang didorong untuk dikirim ke luar negeri, bersama mantan pemimpin Seleka. Dan sekarang sebagian besar melarikan diri menuju perbatasan negara Chad,” katanya. Sebelumnya sebuah bantuan Program Pangan Dunia 10 truk yang membawa 250 ton tertahan selama tiga minggu di perbatasan Kamerun karena khawatir diserang oleh milisi kristen.
Pillay menegaskan situasi memprihatinkan ini tidak bisa dibiarkan karena tatanan sosial di negeri itu akan terkoyak. Ia pun meminta kesadaran masyarakat Internasional dan tentara perdamaian untuk memperkuat upaya perdamaian di sini, karena semakin banyak nyawa dipertaruhkan. (RoL)
Beberapa hari terakhir, para pemimpin Seleka terus diusir meninggalkan Ibukota Bangui hingga ke seberang sungai Bangui. Pengusiran pemimpin Seleka ini meninggalkan warga sipil Muslim yang menjadi sasaran empuk kelompok milisi Kristen.
Warga sipil Muslim dijadikan target penjarahan dan kekerasan, meskipun 1.600 pasukan perdamaian dari Prancis telah mengamankan mereka, namun kekerasan terus meningkat.
Seorang juru bicara Palang Merah setempat mengatakan, Senin (27/1), kembali ditemukan 13 mayat warga sipil dari kelompok Muslim di jalanan kota Bangui. “Situasi keamanan dan HAM semakin memburuk selama beberapa hari terakhir,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Navi Pillay.
“Warga sipil Muslim sekarang sangat rentan. Banyak yang didorong untuk dikirim ke luar negeri, bersama mantan pemimpin Seleka. Dan sekarang sebagian besar melarikan diri menuju perbatasan negara Chad,” katanya. Sebelumnya sebuah bantuan Program Pangan Dunia 10 truk yang membawa 250 ton tertahan selama tiga minggu di perbatasan Kamerun karena khawatir diserang oleh milisi kristen.
Pillay menegaskan situasi memprihatinkan ini tidak bisa dibiarkan karena tatanan sosial di negeri itu akan terkoyak. Ia pun meminta kesadaran masyarakat Internasional dan tentara perdamaian untuk memperkuat upaya perdamaian di sini, karena semakin banyak nyawa dipertaruhkan. (RoL)
Advertisement